(Q.S Al-Hujurat Ayat 13)

يآيهاالناس إنا خلقنكم من ذكروأنثي وجعلكم شعوبا وقبآئل لتعارفوا
Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal

KH. Hasyim Muzadi Mengakui Pluralisme

Lahirnya sejumlah infrastruktur perdamaian dunia sejatinya bukan saja sebagai kebutuhan penting untuk membangun kesadaran bersama (shared conciousness). Namun, juga sebagai pendekatan bahwa keamanan dan perdamaian hakiki (real security and peace) tidak mungkin terjadi bagi sebuah komunitas tanpa menjamin keamanan komunitas lainnya. Cita-cita itu tidak dapat terwujud tanpa dilandasi basis pemikiran keagamaan moderat (tawassuth). Maka, upaya membangun persepsi positif tentang Islam di mata dunia akan sulit terwujud manakala paradigma keislaman tidak mengedepankan visi Islam Rahmatan Lil’alamin dalam membangun perdamaian dunia yang hakiki.


Inilah penggalan pidato ilmiah KH Ahmad Hasyim Muzadi ketika bapak dari enam anak itu menerima penganugerahan pengukuhan sebagai Doktor Honoris Causa (Dr HC), di hadapan Rapat Terbuka Senat Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel, Surabaya, 2 Desember 2006 lalu.

Penyampaian pidato ilmiah Hasyim Muzadi itu terjadi saat ia masih menjabat sebagai Ketua Umum Tanfidziyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) untuk kedua kalinya. Acara tersebut juga dihadiri wakil presiden saat itu, Jusuf Kalla dan ratusan tokoh cendekiawan lintas agama tingkat nasional lainnya.

Kiai Hasyim atau Abah, demikian lelaki kelahiran Bangilan, Tuban, 8 Agustus 1943 itu biasa dipanggil, menguraikan secara perinci tentang ajaran Islam Rahmatan Lil’alamin, yang basisnya terdapat dalam kitab suci Alquran dan Al Hadits. Bahkan, ajaran tersebut sudah sangat banyak diimplementasikan dalam sejarah Islam di abad klasik ataupun abad pertengahan.
Secara etimologis, lanjutnya, Islam berarti damai. Sedangkan, Rahmatan Lil’alamin berarti kasih sayang bagi semesta alam. Maka yang dimaksud dengan Islam Rahmatan Lil’alamin adalah Islam yang kehadirannya di tengah kehidupan masyarakat mampu mewujudkan kedamaian dan kasih sayang bagi manusia maupun alam.

Rahmat adalah kurnia yang dalam ajaran agama terbagi menjadi dua. Yakni, rahmat dalam konteks rahman, dan rahmat dalam konteks rahim. Rahmat dalam konteks rahman adalah bersifat amma kulla syai (universal), meliputi segala hal, sehingga orang-orang nonMuslim pun mempunyai hak kerahmanan. Sementara rahim adalah kerahmatan Allah SWT, yang khoshshun lil muslimin, atau hanya diberikan kepada umat Islam.

”Jadi, apabila rahman dan rahim itu dilakukan secara benar, maka rahman dan rahim Allah akan turun semuanya. Sehingga dengan demikian, berlaku hukum sunnatullah, yakni baik orang umat Muslim maupun nonMuslim, jika mereka melakukan hal-hal yang diperlukan oleh kerahmanan, maka mereka akan mendapatkannya,” katanya.

Pluralis
Dalam konteks Islam Rahmatan Lil’alamin, Islam telah mengatur tata hubungan menyangkut aspek teologis, ritual, sosial, dan humanitas. Segi teologis, Islam memberi rumusan tegas yang harus diyakini oleh setiap umatnya. Namun, hal ini tidak dapat dijadikan alasan untuk memaksa nonMuslim memeluk agama Islam. Begitu halnya dalam tataran ritual yang memang sudah ditentukan operasionalnya dalamAlquran dan Al Hadits.

Menurutnya, dalam konteks sosial, Islam sesungguhnya hanya berbicara mengenai ketentuan-ketentuan dasar saja. Penerjemahan operasionalnya secara terperinci dan komprehensif bergantung pada kesepakatan dan pemahaman masing-masing komunitas yang memiliki keunikan berdasarkan keberagaman lokalitas nilai dan sejarah yang dimilikinya.

Entitas Islam sebagai Rahmat Lil’alamin, ditegaskan Kiai Hasyim mengakui eksistensi pluralisme, karena Islam memandang pluralisme sebagai sunnatullah. Yaitu, fungsi pengujian Allah pada manusia, fakta sosial, dan rekayasa sosial (social engineering) kemajuan umat manusia. Pluralisme sebagai sunnatullah telah banyak diabadikan dalam Al Qur’an, di antaranya firman Allah dalam Surat Ar-Rum ayat 22.

Keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama yang melarang Pendeta Terry Jones membakar Alquran merupakan langkah maju dan berani dalam kehidupan antarumat beragama di dunia.

Demikian juga dengan penegasan Obama yang merencanakan akan membangun masjid di ground zero di New York. Menurut Hasyim, hal itu merupakan langkah maju, karena ini menunjukkan bahwa AS di bawah Obama telah membedakan antara teror dan Islam atau agama mana pun. Hal tersebut harus terus diimplementasikan secara terus-menerus, karena ini juga sangat berbeda dengan sikap politik Presiden AS sebelumnya, George W Bush.

Perihal kasus penganiayaan terhadap pendeta dan jemaat HKBP Bekasi, ia berpendapat, asal diselesaikan secara hukum dan terbuka, insya Allah kasus itu akan selesai. Menurutnya, kesadaran umat beragama di Indonesia relatif terus meningkat. [SP/Aries Sudiono]
Sumber: http://www.suarapembaruan.com/hiburan/kh-hasyim-muzadi-islam-mengakui-pluralisme/30
 
Powered By Blogger | Portal Design By Trik-tips Blog © 2009 | Resolution: 1024x768px | Best View: Firefox | Top