(Q.S Al-Hujurat Ayat 13)

يآيهاالناس إنا خلقنكم من ذكروأنثي وجعلكم شعوبا وقبآئل لتعارفوا
Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal
NASIONALISME KIAI HASYIM MUZADI
(Pidato seorang negarawan dan agamawan yang brilian)

Presiden WCRP (World Conference on Religions for Peace) & Sekjen ICIS (International Conference for Islamic Scholars) & Mantan Ketum PBNU  ttg tuduhan INTOLERANSI agama di Indonesia oleh Sidang PBB di Jeneva :

"Selaku Presiden WCRP dan Sekjen ICIS, saya sangat menyayangkan tuduhan INTOLERANSI agama di Indonesia. Pembahasan di forum dunia itu, pasti krn laporan dr dlm negeri Indonesia. Slm berkeliling dunia, saya blm menemukan negara muslim mana pun yg setoleran Indonesia.

Klau yg dipakai ukuran adl masalah AHMADIYAH, memang krn Ahmadiyah menyimpang dr pokok ajaran Islam, namun sll menggunakan stempel Islam dan berorientasi Politik Barat. Seandainya Ahmadiyah merupakan agama tersendiri, pasti tdk dipersoalkan oleh umat Islam.

Kalau yg jadi ukuran adl GKI YASMIN Bogor, saya berkali-kali kesana, namun tampaknya mereka tdk ingin selesai. Mereka lebih senang Yasmin menjadi masalah nasional & dunia utk kepentingan lain drpd masalahnya selesai.

Kalau ukurannya PENDIRIAN GEREJA, faktornya adl lingkungan. Di Jawa pendirian gereja sulit, tp di Kupang (Batuplat) pendirian masjid jg sangat sulit. Belum lagi pendirian masjid di Papua. ICIS selalu mlkkan mediasi.

Kalau ukurannya LADY GAGA & IRSHAD MANJI, bangsa mana yg ingin tata nilainya dirusak, kecuali mrk yg ingn menjual bangsanya sendiri utk kebanggaan Intelektualisme Kosong ?

Kalau ukurannya HAM, lalu di iPapua knp TNI / Polri / Imam Masjid berguguran tdk ada yg bicara HAM ?Indonesia lbh baik toleransinya dr Swiss yg sampai skrg tdk memperbolehkan Menara Masjid, lebih baik dr Perancis yg masih mempersoalkan Jilbab, lbh baik dr Denmark, Swedia dan Norwegia, yg tdk menghormati agama, krn disana ada UU Perkawiman Sejenis. Agama mana yg memperkenankan perkawinan sejenis ?!

Akhir'a kmbl kpd bngsa Indonesia, kaum muslimin sendiri yg hrs sadar dan tegas, membedakan mana HAM yg benar (humanisme) dan mana yg sekedar Weternisme".
http://www.tribunnews.com/2012/06/04/pidato-hasyim-muzadi-yang-menghebohkan-beredar-luas
Nasionalisme Kiyai Hasyim Muzadi
Presiden WCRP (World Conference on Religions for Peace) & Sekjen ICIS (International Conference for Islamic Scholars) & Mantan Ketum PBNU  ttg tuduhan INTOLERANSI agama di Indonesia oleh Sidang PBB di Jeneva :

"Selaku Presiden WCRP dan Sekjen ICIS, saya sangat menyayangkan tuduhan INTOLERANSI agama di Indonesia. Pembahasan di forum dunia itu, pasti krn laporan dr dlm negeri Indonesia. Slm berkeliling dunia, saya blm menemukan negara muslim mana pun yg setoleran Indonesia.

Klau yg dipakai ukuran adl masalah AHMADIYAH, memang krn Ahmadiyah menyimpang dr pokok ajaran Islam, namun sll menggunakan stempel Islam dan berorientasi Politik Barat. Seandainya Ahmadiyah merupakan agama tersendiri, pasti tdk dipersoalkan oleh umat Islam.

Kalau yg jadi ukuran adl GKI YASMIN Bogor, saya berkali-kali kesana, namun tampaknya mereka tdk ingin selesai. Mereka lebih senang Yasmin menjadi masalah nasional & dunia utk kepentingan lain drpd masalahnya selesai.

Kalau ukurannya PENDIRIAN GEREJA, faktornya adl lingkungan. Di Jawa pendirian gereja sulit, tp di Kupang (Batuplat) pendirian masjid jg sangat sulit. Belum lagi pendirian masjid di Papua. ICIS selalu mlkkan mediasi.

Kalau ukurannya LADY GAGA & IRSHAD MANJI, bangsa mana yg ingin tata nilainya dirusak, kecuali mrk yg ingn menjual bangsanya sendiri utk kebanggaan Intelektualisme Kosong ?

Kalau ukurannya HAM, lalu di iPapua knp TNI / Polri / Imam Masjid berguguran tdk ada yg bicara HAM ?Indonesia lbh baik toleransinya dr Swiss yg sampai skrg tdk memperbolehkan Menara Masjid, lebih baik dr Perancis yg masih mempersoalkan Jilbab, lbh baik dr Denmark, Swedia dan Norwegia, yg tdk menghormati agama, krn disana ada UU Perkawiman Sejenis. Agama mana yg memperkenankan perkawinan sejenis ?!

Akhir'a kmbl kpd bngsa Indonesia, kaum muslimin sendiri yg hrs sadar dan tegas, membedakan mana HAM yg benar (humanisme) dan mana yg sekedar Weternisme".

MENGHIDUPKAN KEMBALI KOMITMEN NASIONAL*


Komitmen nasional adalah komitmen bangsa kita untuk mendirikan negara bangsa (nation state) yang modern, artinya negara yang berkeadilan, terbuka dan demokratis. Berkeadilan mengandung makna paham kesamaan antara manusia, tidak ada perbedaan di antara warga negara berdasarkan alasan apapun juga. Non-diskrimiansi adalah persyaratan bagi adanya keadilan, oleh karena itu keadilan memelukan sikap, egalitarianisme, yang memandang bahwa semua orang sama, semua potensinya sama dan harus dikembangkan sikap saling menghormati diantara anggota masyarakat, itu berarti masyarkat yang adil adalah masyarakat yang terbuka, yang toleran yang tidak mengizinkan adanya pemaksaaan suatu pendapat kepada kelompok yang lain. Keterbuakaan ini menjadi syarat bagi adanya demoktasi, karena demokrasi adalah masyarakat yang terbuka yang intinya ialah kebebasan utuk meyaktakan pendapat baik pada level pribadi maupun level institusional.
Dengan kebebasan itu kita dapat mendorong produksi yang lebih tinggi pada masyarakat,  karena adanya kebebasan dan dengan sendirinya muncul inisiatif. Kita bersyukur bahwa demokrasi di negeri kita sudah berhasil meletakan dasar-dasar nya. Sekarang ini sudah mulai menunjukan hasil-hasilnya serta kinerjanya. Meskipun masih ada akses-akses yang tidak dapat dihindari.
Masyarakat yang  adil dan terbuka atau demokratis adalah masyarakat yang mengandung makna bahwa masyarakat itu toleran satu sama lainnya, mengandung semangat pluralisme bahwa kita mengakui adanya perbedaan dimasyarakat tapi perbedaan itu secara positif. Perbedaan harus menjadikan modal untuk saling berlomba menuju kepada berbagai kebajikan. Maka perbedaan tidak perlu menghapuskan kebersamaan, tapi perbedaan harus sikapi serta ditanggapi secara postif dan sebagai modal bersama dalam bermasyarakat.
Selanjutnya untuk masa depan kita menghadapai tantangan, bagaimana menumbuhkan kesadaran berbeda tetapi tidak memaksakan diri sendiri kepada olrang lain  Ini adalah program jangka panjang maupun jangka pendek. Sebab jangka pendek kita tidak boleh membirkan diri kita terjerat oleh adanya aksi-aksi yang kurang toleran terhadap yang lain. Sebiknya dalam jangak panjang tentu kita menghedaki pertumbuhan yang demokrasi yang sehat yang itu kelanjutan dari paham toleransi dan kebebasan serta kemerdeaan berfikir. Kita optimsi tentang masa depan ini karena generasi muda tumbuh dengan cukup sehat. Banyak generasi muda yang yang mulai serus di dalam komitmennya kepada pembangunan bangsa, terutama generasi muda yang terpelajar. Olah karena itu dikalangan para pemuda ini harus ditumbuhkan komitmen nasional, dan selalu disadarkan bahwa mereka bertugas dan berkewajiban membangun bangsa yang modern dan terbuka serta demokratis. 
*Transkrip dari pidato Nur Cholis Madjid (alm) ketika Memperingati hari ke-60 Kemerdekaan Indonesia oleh Fahad ElZubad

Al-Quran dan Pancasila

1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
Dan Tuhanmu adalah Tuhan yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan dia yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (Q.S. Al-Baqoroh : 163)


2. Kemanusiaan Yang adil dan Beradab
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. (Q.S. An-Nahl : 90)

3. Persatuan Indonesia
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu Telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (Q.S. Ali Imron : 103)

4. Kerakyatan Yang dipimpin oleh Hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
Dan kami kuatkan kerajaannya dan kami berikan kepadanya hikmah dan kebijaksanaan dalam menyelesaikan perselisihan. (Q.S. Shaad : 20)

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu[246]. Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (Q.S. Ali ‘Imron : 159)


5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) Karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong
kamu untuk berlaku tidak adil. berlaku adillah, Karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S Al-Ma’idah : 8)
Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (Q.S. al-Hujarot : 13)

Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), Maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi Keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. (Q.S. al-Baqoroh : 153)
Sumber: Pelatihan Program Kaderisasi Pimpinan Nahdlotul Ulama (PKP NU) se-Malang Raya, 8 Juni 2011

KH. Hasyim Muzadi Mengakui Pluralisme

Lahirnya sejumlah infrastruktur perdamaian dunia sejatinya bukan saja sebagai kebutuhan penting untuk membangun kesadaran bersama (shared conciousness). Namun, juga sebagai pendekatan bahwa keamanan dan perdamaian hakiki (real security and peace) tidak mungkin terjadi bagi sebuah komunitas tanpa menjamin keamanan komunitas lainnya. Cita-cita itu tidak dapat terwujud tanpa dilandasi basis pemikiran keagamaan moderat (tawassuth). Maka, upaya membangun persepsi positif tentang Islam di mata dunia akan sulit terwujud manakala paradigma keislaman tidak mengedepankan visi Islam Rahmatan Lil’alamin dalam membangun perdamaian dunia yang hakiki.


Inilah penggalan pidato ilmiah KH Ahmad Hasyim Muzadi ketika bapak dari enam anak itu menerima penganugerahan pengukuhan sebagai Doktor Honoris Causa (Dr HC), di hadapan Rapat Terbuka Senat Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel, Surabaya, 2 Desember 2006 lalu.

Penyampaian pidato ilmiah Hasyim Muzadi itu terjadi saat ia masih menjabat sebagai Ketua Umum Tanfidziyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) untuk kedua kalinya. Acara tersebut juga dihadiri wakil presiden saat itu, Jusuf Kalla dan ratusan tokoh cendekiawan lintas agama tingkat nasional lainnya.

Kiai Hasyim atau Abah, demikian lelaki kelahiran Bangilan, Tuban, 8 Agustus 1943 itu biasa dipanggil, menguraikan secara perinci tentang ajaran Islam Rahmatan Lil’alamin, yang basisnya terdapat dalam kitab suci Alquran dan Al Hadits. Bahkan, ajaran tersebut sudah sangat banyak diimplementasikan dalam sejarah Islam di abad klasik ataupun abad pertengahan.
Secara etimologis, lanjutnya, Islam berarti damai. Sedangkan, Rahmatan Lil’alamin berarti kasih sayang bagi semesta alam. Maka yang dimaksud dengan Islam Rahmatan Lil’alamin adalah Islam yang kehadirannya di tengah kehidupan masyarakat mampu mewujudkan kedamaian dan kasih sayang bagi manusia maupun alam.

Rahmat adalah kurnia yang dalam ajaran agama terbagi menjadi dua. Yakni, rahmat dalam konteks rahman, dan rahmat dalam konteks rahim. Rahmat dalam konteks rahman adalah bersifat amma kulla syai (universal), meliputi segala hal, sehingga orang-orang nonMuslim pun mempunyai hak kerahmanan. Sementara rahim adalah kerahmatan Allah SWT, yang khoshshun lil muslimin, atau hanya diberikan kepada umat Islam.

”Jadi, apabila rahman dan rahim itu dilakukan secara benar, maka rahman dan rahim Allah akan turun semuanya. Sehingga dengan demikian, berlaku hukum sunnatullah, yakni baik orang umat Muslim maupun nonMuslim, jika mereka melakukan hal-hal yang diperlukan oleh kerahmanan, maka mereka akan mendapatkannya,” katanya.

Pluralis
Dalam konteks Islam Rahmatan Lil’alamin, Islam telah mengatur tata hubungan menyangkut aspek teologis, ritual, sosial, dan humanitas. Segi teologis, Islam memberi rumusan tegas yang harus diyakini oleh setiap umatnya. Namun, hal ini tidak dapat dijadikan alasan untuk memaksa nonMuslim memeluk agama Islam. Begitu halnya dalam tataran ritual yang memang sudah ditentukan operasionalnya dalamAlquran dan Al Hadits.

Menurutnya, dalam konteks sosial, Islam sesungguhnya hanya berbicara mengenai ketentuan-ketentuan dasar saja. Penerjemahan operasionalnya secara terperinci dan komprehensif bergantung pada kesepakatan dan pemahaman masing-masing komunitas yang memiliki keunikan berdasarkan keberagaman lokalitas nilai dan sejarah yang dimilikinya.

Entitas Islam sebagai Rahmat Lil’alamin, ditegaskan Kiai Hasyim mengakui eksistensi pluralisme, karena Islam memandang pluralisme sebagai sunnatullah. Yaitu, fungsi pengujian Allah pada manusia, fakta sosial, dan rekayasa sosial (social engineering) kemajuan umat manusia. Pluralisme sebagai sunnatullah telah banyak diabadikan dalam Al Qur’an, di antaranya firman Allah dalam Surat Ar-Rum ayat 22.

Keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama yang melarang Pendeta Terry Jones membakar Alquran merupakan langkah maju dan berani dalam kehidupan antarumat beragama di dunia.

Demikian juga dengan penegasan Obama yang merencanakan akan membangun masjid di ground zero di New York. Menurut Hasyim, hal itu merupakan langkah maju, karena ini menunjukkan bahwa AS di bawah Obama telah membedakan antara teror dan Islam atau agama mana pun. Hal tersebut harus terus diimplementasikan secara terus-menerus, karena ini juga sangat berbeda dengan sikap politik Presiden AS sebelumnya, George W Bush.

Perihal kasus penganiayaan terhadap pendeta dan jemaat HKBP Bekasi, ia berpendapat, asal diselesaikan secara hukum dan terbuka, insya Allah kasus itu akan selesai. Menurutnya, kesadaran umat beragama di Indonesia relatif terus meningkat. [SP/Aries Sudiono]
Sumber: http://www.suarapembaruan.com/hiburan/kh-hasyim-muzadi-islam-mengakui-pluralisme/30
 
Powered By Blogger | Portal Design By Trik-tips Blog © 2009 | Resolution: 1024x768px | Best View: Firefox | Top